1. Tujuan[kembali]
Mengetahui prinsip kerja dari sensor yang digunakan
Mampu membuat rangkaian dengan mengaplikasikan sensor
2. Alat dan Bahan[kembali]
1. Alat
· Baterai 12 V
· Resistor
Resistor 5kΩ 1 watt (2
buah)
Resistor 10kΩ 1 watt (2
buah)
· kapasitor
Kapasitor 1 pF (1 buah)
Kapasitor 1uF (1 buah)
· IC OP-AMP
· IC MAX907EPA
Product Attribute |
Attribute Value |
Manufacturer: |
Maxim Integrated |
Product Category: |
Analog Comparators |
RoHS: |
N |
Mounting Style: |
Through Hole |
Package / Case: |
PDIP-8 |
Number of Channels: |
2 Channel |
Output Type: |
Complementary |
Response Time: |
40 ns |
Comparator Type: |
General Purpose |
Supply Voltage - Min: |
4.5 V |
Supply Voltage - Max: |
5.5 V |
Operating Supply Current: |
1 mA |
Output Current per Channel: |
100 uA |
Vos - Input Offset Voltage: |
2 mV |
Ib - Input Bias Current: |
300 nA |
Minimum Operating Temperature: |
- 40 C |
Maximum Operating Temperature: |
+ 85 C |
Series: |
|
Packaging: |
Tube |
Height: |
4.45 mm (Max) |
Length: |
9.91 mm (Max) |
Product: |
Analog Comparators |
Supply Type: |
Single, Dual |
Technology: |
Bipolar |
Type: |
Ultra Low Power Comparator |
Width: |
7.87 mm (Max) |
Brand: |
Maxim Integrated |
Shutdown: |
No Shutdown |
CMRR - Common Mode Rejection Ratio: |
86.02 dB |
GBP - Gain Bandwidth Product: |
- |
Maximum Dual Supply Voltage: |
+/- 2.75 V |
Minimum Dual Supply Voltage: |
+/- 2.25 V |
Operating Supply Voltage: |
5 V |
Pd - Power Dissipation: |
727 mW |
Product Type: |
Analog Comparators |
Propagation Delay Time: |
40 ns |
PSRR - Power Supply Rejection Ratio: |
86.02 dB |
50 |
|
Subcategory: |
Amplifier ICs |
Part # Aliases: |
MAX907 |
Unit Weight: |
0.032805 oz |
Komponen input
· Sensor MQ-2
Konfigurasi Pin:
Pin No: |
Nama Pin: |
Deskripsi |
Untuk Modul |
||
1 |
Vcc |
Pin ini memberi daya pada
modul, biasanya tegangan operasi + 5V |
2 |
Tanah |
Digunakan untuk menghubungkan
modul ke ground sistem |
3 |
Digital Out |
Anda juga dapat menggunakan
sensor ini untuk mendapatkan keluaran digital dari pin ini, dengan mengatur
nilai ambang batas menggunakan potensiometer |
4 |
Analog Out |
Pin ini mengeluarkan tegangan
analog 0-5V berdasarkan intensitas gas |
Untuk Sensor |
||
1 |
H -Pins |
Dari dua pin H, satu pin
terhubung ke suplai dan pin lainnya ke ground |
2 |
A-Pins |
Pin A dan pin B dapat
dipertukarkan. Pin ini akan diikat ke tegangan Suplai. |
3 |
B-Pin |
Pin A dan pin B dapat
dipertukarkan. Satu pin akan bertindak sebagai keluaran sementara yang
lainnya akan ditarik ke ground. |
Fitur:
Tegangan Operasi + 5V
Dapat digunakan untuk Mengukur
atau mendeteksi LPG, Alkohol, Propana, Hidrogen, CO dan bahkan metana
Tegangan keluaran analog: 0V
hingga 5V
Tegangan Output Digital: 0V atau
5V (TTL Logic)
Durasi pemanasan awal 20 detik
Dapat digunakan sebagai sensor
Digital atau analog
Sensitivitas pin Digital dapat
divariasikan menggunakan potensiometer
Komponen output
5V
Relay
5V Relay
Konfigurasi Pin Relay
Nomor
PIN |
Nama Pin |
Deskripsi |
1 |
Coil End
1 |
Digunakan untuk memicu
(On / Off) Relay, Biasanya satu ujung terhubung ke 5V dan ujung lainnya ke ground |
2 |
Coil End
2 |
Digunakan untuk memicu
(On / Off) Relay, Biasanya satu ujung terhubung ke 5V dan ujung lainnya ke ground |
3 |
Umum (COM) |
Umum terhubung
ke salah satu Ujung Beban yang akan dikontrol |
4 |
Biasanya
Tutup (NC) |
Ujung lain dari beban
terhubung ke NO atau NC. Jika terhubung ke NC beban tetap terhubung sebelum pemicu |
5 |
Biasanya
Terbuka (TIDAK) |
Ujung lain dari beban
terhubung ke NO atau NC. Jika terhubung ke NO, beban tetap terputus sebelum pemicu |
Fitur Relay 5V
Trigger Voltage (Tegangan melintasi koil): 5V DC
Trigger Current (Arus Nominal): 70mA
Arus beban AC maksimum: 10A @ 250 / 125V AC
Arus beban DC maksimum: 10A @ 30 / 28V DC
Konfigurasi 5-pin yang ringkas dengan cetakan plastik
Waktu pengoperasian: 10msec Waktu rilis: 5msec
Peralihan maksimum: 300 operasi / menit (secara mekanis)
·
Motor DC
Spesifikasi Item :
Tegangan Terukur 9V DC
o Tanpa kecepatan beban 12000
± 15% rpm
o Tidak ada arus beban ≤280mA
o Tegangan operasi 1.5-9V DC
o Mulai Torsi ≥250g.cm (menurut
blade yang dikembangkan sendiri)
o mulai saat ini ≤5A
o Resistansi Isolasi di atas 10Ω
antara casing dan terminal DV 100V
o Arah Rotasi CW: Terminal [+]
terhubung ke catu daya positif, terminal [-] terhubung ke nagative
o daya, searah jarum jam dianggap
oleh arah poros keluaran
o celah poros 0,05-0,35mm
· Active Passive Buzzer
Konfigurasi Pin Buzzer
Nomor PIN |
Nama Pin |
Deskripsi |
1 |
Positif |
Diidentifikasi dengan simbol (+) atau
kabel terminal yang lebih panjang. Dapat didukung oleh 6V DC |
2 |
Negatif |
Diidentifikasi oleh kabel terminal
pendek. Biasanya terhubung ke ground sirkuit |
Fitur dan Spesifikasi Buzzer
·
Tegangan
Terukur: 6V DC
·
Tegangan
Operasi: 4-8V DC
·
Nilai saat
ini: <30mA
·
Jenis
Suara: Bip Terus Menerus
·
Frekuensi
Resonan: ~ 2300 Hz
·
Paket bersegel
kecil dan rapi
·
Papan
tempat memotong roti dan papan Perf ramah
Model 2d
3. Landasan Teori[kembali]
· Resistor
Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.
Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan Hukum Ohm.
Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :
Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya diantaranya adalah :
Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)
Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan daya 1/10W sampai 2W.
Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)
Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.
Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1Ω sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar dari -55°C hingga 155°C.
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral logam.
Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film Resistor).
o Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna
nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.
Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.
Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor:
Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :
Contoh :
Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :
Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :
Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn
Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel :
· Kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.
Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :
1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)
1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)
Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.
Menghitung Nilai Kapasitor Seri Paralel
· Detektor
Rangkaian detektor ada 2 macam yaitu:
Detektor inverting
Dengan Vref
= 0 Volt
Rangkaian detektor inverting dengan tegangan
input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref
= 0 Volt adalah seperti gambar.
Gambar Rangkaian detektor inverting
Dengan
menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref =
V1 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan adalah seperti gambar.
Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output
Adapun kurva
karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi
> 0 (artinya Vi > 65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan ±Vs
= ±15 Volt) maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi
< 0 (artinya Vi < -65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan
±Vs = ±15 Volt) maka Vo = +Vsat.
Gambar kurva karakteristik I-O
Dengan Vref
= bertegangan positif
Rangkaian detektor inverting dengan tegangan
input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref
> 0 Volt adalah seperti gambar .
Gambar Rangkaian detektor inverting
Dengan
menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref =
V1 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan adalah seperti gambar.
Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output
Adapun kurva
karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi
> Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref
maka Vo = +Vsat.
Dengan Vref
= bertegangan negatif
Rangkaian detektor inverting dengan tegangan
input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref
< 0 Volt adalah seperti gambar .
Gambar Rangkaian detektor inverting
Dengan
menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref =
V1 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan adalah seperti gambar .
Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output
Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi > Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo = +Vsat.
Gambar kurva karakteristik I-O
Detektor non inverting
Dengan Vref
= 0 Volt
Rangkaian detektor non inverting
dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan
referensi Vref = 0 Volt adalah seperti gambar .
Gambar Rangkaian detektor non inverting
Dengan
menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan Vref =
V2 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan dengan simulasi multisim adalah
seperti gambar.
Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output
Adapun kurva
karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 77. Dengan Vi
> 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi
< 0 maka Vo = -Vsat.
Gambar kurva karakteristik I-O
Dengan Vref
= bertegangan positif
Rangkaian detektor non inverting dengan
tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref
> 0 Volt adalah seperti gambar.
Dengan
menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan +Vref =
V2 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan dengan simulasi multisim adalah
seperti gambar.
Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output
Adapun kurva karakteristik
Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi > 0 maka Vo
= +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo
= -Vsat.
Gambar kurva karakteristik I-O
Dengan Vref
= bertegangan negatif
Rangkaian detektor non inverting dengan
tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref
< 0 Volt adalah seperti gambar
Gambar Rangkaian detektor non inverting
Dengan
menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan -Vref =
V2 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan adalah seperti gambar
Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output
Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.
Gambar kurva karakteristik I-O
· Sensor Asap MQ-2
Sensor asap MQ2 merupakan sensor yang biasanya digunakan untuk mengetahui kualitas udara atau untuk mengetahui kandungan yang terjadi dalam udara. Sensor MQ2 tersebut terbuat dari bahan peka gas yaitu SnO2. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat asap rokok di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut, maka resistansi elektrik sensor akan turun. Pada dasarnya prinsip kerja dari sensor tersebut adalah mendeteksi keberadaan gasgas yang dianggap mewakili asap rokok, yaitu gas hidrogen, metana. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat asap rokok di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas- gas tersebut maka resistansi elektrik sensor akan turun yang menyebakan tegangan yang dihasilkan oleh output sensor akan semakin besar. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari sensor MQ-2 kandungan gas-gas tersebut dapat di ukur Keluaran sensor ini berupa resistansi analog yang dengan mudah dapat dikonversi menjadi tegangan dengan menambahkan satu resistor biasa dengan mengkonversi impedansi ini menjadi tegangan, hasil bacaan sensor dapat dibaca oleh pin ADC (analog to digital converter) pada microcontroller. Tingkat sensitivitas sensor MQ-2 adalah sebagai berikut:
1. LPG dan propana : 200 - 5000 ppm
2. Iso butana dan hidrogen : 300 - 5.000 ppm
3. Metana : 5.000 - 20.000 ppm
4. Etanol / alkohol : 100 - 2.000 ppm
Sensor MQ-2 terbuat dari tabung keramik mikro Al203, Tin Dioksida (SnO2) yang merupakan lapisan sensitif, elektroda, dan pemanas yang terbuat dari plastik dan stainless steel. Sensor MQ2 memiliki 6 pin, 4 pin digunakan untuk input sinyal dan 2 pin lainnya digunakan sebagai pemanas sensor. Berikut adalah gambar dari rangkaian sensor MQ-2.
Pada Gambar diatas sensor membutuhkan dua tegangan input, yaitu Heating Voltage (VC) dan Circuit Voltage (VH). VC dan VH harus menggunakan tegangan yang sama untuk menjamin kinerja dari sensor tersebut. Agar kinerja sensor lebih baik, maka dibutuhkan nilai RL yang sesuai, sehingga nilai resistansi sensor (RS) dapat terukur antara 3KΩ-30KΩ. VH digunakan untuk masukan suhu sensor, sedangkan VC digunakan untuk mendeteksi tegangan (VRL) pada resistansi beban (RL) yang dipasang dengan sensor. Sensor tersebut membutuhkan tegangan DC yang konstan (5 VDC) agar sinyal output sensor dapat terjaga keseimbangannya[9].
Aplikasi:
Mendeteksi atau
mengukur Gas seperti LPG, Alkohol, Propana, Hidrogen, CO, dan bahkan metana
Monitor
kualitas udara
Alarm kebocoran
gas
Pemeliharaan
standar keamanan
Menjaga standar
lingkungan di rumah sakit
· Sensor Api
Flame sensor merupakan sensor yang mempunyai fungsi sebagai pendeteksi nyala api yang dimana api tersebut memiliki panjang gelombang antara 760nm – 1100nm. Sensor ini menggunakan infrared sebagai tranduser dalam mensensing kondisi nyala api.
Dalam kebanyakan pertandingan kompetisi robot, pendeteksian akan nyala api misalny lilin masih tetap jadi salah satu aturan yang umum dalam kompetensi lomba yang tidak akan pernah ditinggalkan. Dikarena itulah sensor ini mempunyai peran yang vital yang berfungsi sebagai “mata” bagi robot dalam menyelesaikan tugasnya menemukan posisi nyala api.
Biasanya digunakan pada kompetisi robot Cerdas Indonesia atau KRCI baik berbentuk laba-laba maupun seperti tank. Selain itu sensor ini sering juga digunakan untuk mendeteksi api pada ruangan di perkantoran, apartemen, maupun di perhotelan. Suhu normal pembacaan normal sensor ini yaitu pada 25 – 85 C dengan besar sudut pembacaan pada 60 .
Dengan memperhatikan jarak sensing antara objek yang akan disensing dengan sensor tidak boleh terlalu dekat, yang berakibat lifetime sensor yang cepat rusak.
Flame detector mampu mengaktifkan alarm bila mendeteksi adanya percikan api yang lebih beresiko menyebabkan bencana kebakaran. Prinsip flame detector menggunakan metode optic yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi api atau flame.flame detector juga mapu membedakan antara false alarm atau peringatan palsu dengan api sungguhan melalui komponen system yang dirancang dengan fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.
Terdeteksinya
panas api maka akan semakin kecil resistansi pada sensor Flame Sensor sehingga
memungkinkan arus untuk mengalir dan sensor ON.
Cara Kerja
Sensor Flame
Cara kerja
sensor ini yaitu dengan mengidentifikasi atau mendeteksi nyala api dengan
menggunakan metode optik. Pada sensor ini menggunakan tranduser yang berupa
infrared (IR) sebagai sensing sensor. Tranduser ini digunakan untuk mendeteksi
akan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Yang dimana
memungkinkan alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada api dengan
spectrum cahaya lainnya seperti spectrum cahaya lampu.
Berikut adalah
contoh simulasi sensor flame menggunakan software “Proteus”.
Fitur dari
flame sensor
Tegangan
operasi antara 3,3 – 5 Vdc
Terdapat 2
output yaitu digital output dan analog output yang berupa tegangan
Sudah
terpackage dalam bentuk modul
Terdapat potensiometer sebagai pengaturan sensitivitas sensor dalam mensensing
· Active Passsive Buzzer
Pada dasarnya, prinsip
kerja dari buzzer elektronika hampir sama dengan loud speaker dimana buzzer
juga terdiri dari kumparan yang terpasang secara diafragma. Ketika kumparan
tersebut dialiri listrik maka akan menjadi elektromagnet sehingga mengakibatkan
kumparan tertarik ke dalam ataupun ke luar tergantung dari arah arus dan
polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang secara diafragma maka setiap
kumparan akan menggerakkan diafragma tersebut secara bolak-balik sehingga
membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.
Namun dibandingkan dengan loud speaker, buzzer elektronika relatif lebih mudah
untuk digerakkan. Sebagai contoh, buzzer elektronika dapat langsung diberikan
tegangan listrik dengan taraf tertentu untuk dapat menghasilkan suara. Hal ini
tentu berbeda dengan loud speaker yang memerlukan rangkaian penguat khusus
untuk
Fungsi Buzzer Elektronika
Pada dasarnya Buzzer
Elektronika menyerupai loud speaker namun memiliki fungsi-fungsi yang lebih
sederhana. Berikut adalah beberapa fungsi buzzer elektronika :
- Sebagai bel rumah
- Alarm pada berbagai peralatan
- Peringatan mundur pada truk
- Komponen rangkaian anti maling
- Indikator suara sebagai tanda bahaya atau yang lainnya
- Timer
- Dan lain-lain
- menggerakkan speaker agar menghasilkan suara yang dapat didengar oleh manusia.
4. Prosedur Percobaan[kembali]
1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Disarankan agar membaca datasheet setiap komponen dan mendownload library bila dibutuhkan
3. Cari komponen yang diperlukan di library proteus
4. Pasang komponen sesuai dengan rangkaian yang dibawah
5. Atur nilai potensiometer atau testpin pada rangkaian
6. Buat rangkaian pengkondisi sinyal
7. Atur sensitivitas dari sensor api dan sensor gas
8. Atur masukkan dari sensor agar dapat menghidupkan motor dan buzzer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar